rainbowlink

asteroid

StarCursor

Astrocursor

Blogger Tricks

vision

♛Brilliant Carving World of All Wonderful Amazing eXperiences♛

FlyTweet2

INSPIRASI KU

INSPIRASI KU

To Be Engineer

Faculty of Industrial Technology^Mechanical Engineering

----------------Islamic.University of Indonesia (UII,Yogyakarta)----------------

Halaman

BlueCopters

Selasa, 25 Juni 2013

Mengenal si Ahli Kebumian dibanding Insinyur, di era perubahan


pekerja Sahabat saya Mas Soejanto mengulik-ulik kawan geologist atau ahli kebumian yang banyak bekerja di perminyakan. Menurut beliau rata-rata geologist di perminyakan ini sulit diajak bisnis. Konon katanya ahli geologi itu lebih sulit untuk diajak berpikir tentang bidang lain terutama di dunia industri. Si ahli bumi ini lebih banyak memikirkan riset dan penelitian ketimbang mikir bisnis nyari duwik.
:( “Lah tapekno kenapa lulusannya mesti pakai insinyur bukan doktoradus geologi, gitu ta Pakdhe ?”
:D “Lah ini kan maunya mertua. Kalau dalam undangan kawinan anak mantunya ada gelar insinyur kan bisa sambil mesam-mesem ta, Thole”

Geology is more science than applied knowledge

Sependek pengetahuanku, walaupun lulusannya dulu disebut sebagai insinyur, ahli geologi bukan disebut engineer. Karena memang lebih bersifat sebagai ilmu murni (science) ketimbang applikasi. Sehingga secara natural akan mempengaruhi gaya berpikir serta gaya hidup geologist (ahli geologi itu sendiri). Engineering memang begitu dinamis sejak dari lahirnya.
Ilmu geologi walaupun bersifat dinamik, namun siklusnya bisa jutaan tahun, walaupun bisa juga sepuluh tahunan, namun jelas tidak sependek ilmu engineerig. Engineering sebagai ilmu aplikatif ini akan menuntut perubahan yang jauh lebih dinamis ketimbang dinamika banjir sekalipun.
Ilmu management yg berhubungan profit ekonomi lebih dinamis lagi, dengan siklus “budget” yang tahunan merupakan bentuk bagaimana pemikiran strategisnya setahun sekali akan berubah.
Politik lebih “gelo” lagi. Perubahan dinamisnya bisa dalam orde jam dan detik apalagi ketika masa-masa penghitungan swara pemilu pilkadal. Wuik !!
Perbedaan siklus dinamika ilmu inilah yang membuat geologist akan terasa lambaan dibanding siput ! Kura-kura saja mungkin terasa terlalu cepat kalau dibandingkan gerakan lempeng tektonik yang 7 cm pertahun !!
Beruntunglah bagi rekan-rekan geologist mengenyam posisi management sehingga mental siklus jutaan tahunnya bisa diperpendek menjadi siklus tahunan. Lebih-lebih yang akhirnya ikut terjun di lingkup politik, pergerakannya secepat Formula – 1 Wush-wush-wush !!!

Pendidikan


Pendidikan geologi jelas ditujukan untuk pendidikan secara general. Dimana pendidikan atau universitas adalah bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia melalui olah nalar dan olah pikir. Akan sangat sulit kalau pendidikan dibuat menjadi sebuah bisnis entity “ansich”. Kalau manajementnya diubah seperti layaknya menjalankan gaya bisnis … bolehlah. Saat inipun sistem manajement University yang BHMN ini juga sudah jauh beda.
Tapi kalau pendidikan (PT jurusan Geologi, seperti istilah Mas Soe) untuk lebih ditujukan untuk tujuan industri aku pikir ndak mudah, bisa-bisa malah jadi salah arah nantinya. University bukan seperti Primagama untuk mengadakan kursus. Tapi mengadakan serta mendidik ahli riset merupakan salah satu tujuan pendidikan secara general.

Positioning !

Nah slentingan Pak Soejanto ini aku pikir lebih banyak untuk mnggelitik si Geologist … bukan PT Jurusan geologi ….. Yang lebih penting adalah buat geologistnya atau buat alumninya untuk segera mengerti posisinya. Terutama posisinya ketika saat ini berada. Ntah sebagai mahasiswa, sebagai dosen, sebagai pekerja ataupun reseacher.
Harus tahu posisinya saat mulai masuk bekerja, atau bahkan saat lulus. Persis seperti ajaran Pak Wartono kalau ke lapangan. Ketahui dulu posisimu, tembak G Pendul dan G Pegat, plot dimana dalam peta sebelum mendiskripsi singkapan. Ketahui lokasi samplemu sebelum membuat sayatan dst dsb.
Kalau memang saat ini berada di dunia kerja mungkin kita (yg geologist) harus mampu memberikan pengaruh (influence positip pada lingkungannya untuk ngerti apa itu geologi. Bukan seperti dulu dimana hanya manager geologist yang harus cerita ke bagian keuangan.
Lah iya lah …. Sebagai geologist atau sebagai ustad ataupun dosen, ataupun tukang tambal ban (eh ada yg baca ga ya) …sebagusnya mesti bisa mengoptimalkan kemampuan serta peran dalam mempengaruhi (influence) lingkungan.

OK kembali ke Laptop

Yang diatas tadi hanyalah permisif untuk mengatakan “Aku emang sudah dari sononya begitu“. “Ilmuku juga begitu. Dan ajaran yang kuperoleh emang ya kudu begitu.”
:( “Lah hiya pakdhe, lantas kenapa Pak Soejanto bisa bilang kalau ahli geologi itu lebih sulit untuk diajak berpikir tentang bidang lain terutama di dunia industri ?”
Soal perbedaan Gelogist dengan insinyur memeng sudah ada dari sononya. tetapi ketika seseorang menjadi ahli kebumian atau geologist yang ingin berlari maju kenceng sekenceng Formula – 1, yang lebih penting adalah ahli geologi ini harus mampu secara cepat mengantisipasi perubahan. Perubahan dalam siklus waktu sangat pendek tentusaja. Siklus pendek yang jarang dijumpai dalam ilmu yang dipelajarinya.

Perubahan dalam industri

Dulu ketika perusahaan masih berbentuk silo-silo atau kotak-kotak profesi (ini jaman aku awal masuk kerja), geologist dipimpin oleh Mgr Geologi, geophycisist dipimpin oleh Mgr Geophysics, demikian juga drilling, petroleum dan production engineer. Semua berada pada kotak-kotak profesinya masing-masing. Pada waktu itu tentusaja geologist masih berkutet dengan pemikiran sciencenya yang luambaatt. Orde tektonik dalam kecepatan 7 cm/tahun.
Saat ini sudah jamannya globalisasi, alias jaman gado-gado campur lotek. Bekerja sudah dalam satu “team” yang terdiri atas Geologist-Geopsikis-Enginner, bahkan kadangkala ada economist. Geologist harus mampu menjadi pemimpin untuk soal kebumian di team itu, demikian juga yang lain. Learning atau belajar harus dilakukan sendiri. Kalau dulu ada orang yang lebih senior dalam kotak profesi, saat ini geologist harus lebih mandiri dalam mengejar ketertinggalan ilmunya.
geologiundip
Kampus Geologi Undip
Kalau saja ilmu diskripsi singkapan dari pak Wartono masih diingat dan dijalankan … aku rasa dengan mengetahui “dimana posisiku kali ini”, saya yakin geologist akan mudah beradaptasi. Adaptasi akan lebih mudah ketika kita mengerti ada dimana dan mau kemana. Dan seperti kata Pak Soejanto, bahwa industri itu tujuannya untuk mencari keuntungan. Bukan mencari tahu seperti tujuan riset.
:( “Lah iya pakdhe. Tujuan dibuatnya perusahaan memang mencari keuntungan materi. Bukan sekedar ngebor untuk pingin tahu isinya apa”
:D “Disitulah perbedaan dengan engineer yang lebih praktis dalam berpikir. Selalu aplikatif dalam hasil kerjanya”
:( “Pakdhe, yang lebih hebat itu orang yang mengerti bagaimana cara kerja geologist anakbuahnya, yang mengerti bagaimana mengatur anakbuahnya. Gitu kan, Pakdhe ?

Segalanya berubah.
Bahkan perubahanpun sudah berubah !

Untungnya cara belajar serta mengajar jaman saya dulu sudah tidak lagi statis. Saat ini cara belajar mengajar di kampus sudah berubah. Sebagai gambaran juga. Bahwa mahasiswa geologi jaman sekarang sudah beda dengan mahasiswa geologi jaman aku dulu.
Pengalaman Mas Wahyu, dosen di Geologi Undip yang kutemui hari Sabtu kemarin cukup memberikan gambaran baru ttentang  dunia mahasiswa saat ini. Mas Wahyu yg jadi dosen di Undip ini sudah terbiasa di sms muridnya. Jaman saya dulu menunggu dosen yang masih didalam kantornya untuk mengingatkan jam kuliah sudah mulai saja rada rikuh dan pakewuh.Sip lah. Dunia belajar mengajar sudah berubah.
Juga cross disiplin ini sudah mulai terbiasa di kampus.

Seminar Energi di Undip Semarang
Ada banyak perubahan cara pandangku akan dunia kampus ketika kemarin wektu aku dan dan Mas Yusmawan (presdir BP-Castrol) memberikan seminar sehari di Undip. Seminar ini juga dihadiri oleh mahasiswa jurusan lain.
Bahkan dengan membayar 30 ribu per mahasiswa, seminar saat ini bisa dihadiri 370 mahsiswa bebagai jurusan. Wuih Hebatt !!! Generasi sekarang bukan generasi yang hanya mintak subsidi. Bukan generasi gratis yanghanya nuntut ditraktir. Mereka sudah mandiri. Mengerti bahwa mengadakan seminar itu juga perlu biaya. Salute buat mahasiswa generasi baru ini !!
Dunia mahasiswa sekarang sudah beda
Dunia universitas juga berubah
Kita juga berubah …
Pandangan kitapun harus di”ajust” dan dikalibarsi supaya tidak salah duga apa yang terjadi disana.

Fakultas Teknik Prodi Geologi Universitas Diponegoro membanggakan !

Disisi lain aku salut dengan ahli-ahli geologi yang menjadi dosen di UNDIP. Dalam waktu 5 tahun sudah meluluskan 30 alumni dengan lama studi tercepat 3 tahun 8 bulan !.
Bahkan berhasil menggondol juara 1, 2 dan 3 sekaligus dalam lomba karya ilmiah di ITB, juara-juara ini atas nama Aveliansyah, Risky Syawal, dan M. Dinul H. Mengalahkan ITB dan UGM yang usianya sudah puluhan tahun  !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bebas Ekspresi,..
Create your Brill-Mind Okeys !